Minggu, 23 November 2008

Catatan Seorang Perokok

Membaca cerita sista Bening yang mengulas tentang kegundahan serta beragam usahanya dalam menghadapi partner tersayangnya yang sudah terkena candu rokok. Aku jadi terinsipirasi untuk berbagi cerita yang aku dapat dua tahun silam dari seorang sahabat yang bertajuk,

“Sampurna Family Edition”

Selamat pagi kawan-kawanku para perokok sejati! Bagaimana anda memulai hari? Apakah anda sudah memeriksa persediaan ‘amunisi’ untuk hari ini? Kalau di Indonesia mungkin anda cukup datang ke tukang rokok terdekat yang nyaris dijamin bakal ada dalam jarak radius 50 sampai 100 meter dari tempat anda berdiri, sediakan uang yang tidak lebih dari sepuluh ribu perak dan.

“Filter sebungkus, mas.. ” atau kalau lagi tanggal tua, “..filter setengah, mas.. “. Atau kalau tanggal sudah benar- benar uzur, “.. mas, filter tiga batang..eh, dua aja deh.. “. Beres !! Ahh betapa indahnya dunia. Itu kalau di Indonesia..

Kalau di Singapura lain punya cerita. Anda harus jalan agak jauh, tak jarang harus naik bis, MRT atau Taxi ke 7 Eleven, atau Esso Station atau supermarket terdekat. Jangan lupa siapkan uang sekitar 5 sampai 7 kali lipat dari yang harus anda siapkan di Indonesia, lalu.. .

“Sampurna red family edition, please.. “

Rokok? Family edition? Yap! Percaya atau tidak beginilah cara beberapa perokok di sini membeli persediaan ‘amunisi’ mereka.

Ya negara paling makmur, paling aman dan paling bersih di kawasan serantau ini makin tidak ramah saja kepada para perokok. Rokok hanya dijual di tempat-tempat tertentu. Hampir tiap tahun harganya pun terus meroket. Sebungkus Sampurna Mild sekarang sudah 9 dolar atau sekitar 45 ribu rupiah.

Merokok pun hanya bisa dilakukan di tempat-tempat tertentu, bahkan di banyak kantor, tempat merokok ditandai dengan garis berwarna kuning yang di cat di atas lantai, persis seperti tempat parkir mobil.

Dan seolah semua itu belum cukup, sejak beberapa bulan ke belakang muncul kebijakan baru yang mewajibkan semua jenis kotak rokok dipasangi gambar-gambar yang memperlihatkan bahaya merokok.

Menurut aturan, gambar itu harus mencapai 50 persen dari luas penampang kotak tempat rokok. Gambarnya macam-macam dan rata-rata ‘mengerikan’ atau kata anak muda sekarang ‘bikin bete’. Mulai dari gambar kanker di tenggorokan, pembuluh darah di otak yang berdarah, gigi yang menghitam, orang atau bayi yang sekarat, sampai gambar keluarga yang terganggu dengan aktifitas merokok sang kepala keluarga.

Nah, dari sinilah muncul istilah “Family Edition”. Ceritanya begini.. Konon kabarnya, para perokok adalah mahluk paling bandel di seluruh dunia, lebih bandel dari teroris.

Dan bisa jadi para perokok di Singapura adalah perokok terbandel diantara para perokok lainnya di seluruh dunia. Betapa tidak? Meski harus jalan jauh, harga mahal dan sudah ada peringatan tentang bahaya merokok, tetap saja mereka tidak bergeming. Kebijakan baru untuk mencantumkan gambar-gambar aneh itu pun masih bisa diakali dengan berbagai cara.

Harus diakui, gambar-gambar itu bikin mood merokok hilang. Tapi dasar bandel, keadaan ini justru memunculkan ‘kreatifitas’ (Peluang usaha baru). Ada yang misalnya memindahkan isi rokok ke dalam kotak rokok model lama. Ada juga yang membeli kotak rokok khusus, sampai-sampai kotak rokok khusus yang terbuat dari aluminium ini laku di pasaran dan dijual murah di banyak toko Seven Eleven. Ada lagi cara yang paling gampang. Beli saja edisi gambar-gambar ‘jorok’ itu, tapi saat merokok, kotaknya masukkan ke kantong saja. Gampang kan?

Mau yang lebih gampang? Datang saja ke toko yang menjual rokok dan minta gambar “family edition”, alias rokok yang kotaknya bergambarkan sebuah keluarga yang terganggu karena si kepala keluarga lagi merokok. Paling tidak, gambar ini masih kurang ‘jorok’ dibandingkan gambar yang lain.

Atau mau cara yang jauh lebih gampang lagi? Berhentilah merokok! Sebuah imbauan yang bagi para ‘perokok berat’ seringkali lebih mudah diucapkan daripada dilaksanakan.

Sebagai bagian dari kaum tersisih yang secara perlahan mulai di anak tirikan oleh berbagai kalangan. Jujur saja aku sendiri merasa sangat terusik. Terlebih ketika diresmikannya peraturan pemerintah yang melarang keras merokok di tempat umum, semenjak saat itu aku selalu menolak setiap undangan makan yang diselenggarakan di restoran siap saji yang tidak menyediakan area buat perokok.

Untuk aku sendiri yang sudah sulit dipisahkan dari asap rokok ini.

“Lebih baik tidak makan sehari daripada tidak menyentuh rokok lebih dari dua jam.” (sehari doank ya, kalo mogok makannya lebih dari sehari ternak di perutku bisa ngamuk berat, neh. Hiks!).

“Lebih baik putus cinta daripada harus mencampakan rokok yang sudah menjadi sahabat paling setia.” (Kalo si rokok ini punya kelamin, aku pacarin juga dah, kqkqkq… jadi pengen ngayal lagi).

Berikut rayuan gombal seorang pecandu rokok; Tanpa rokok, hidupku merana. Nggak punya rokok, otakku tak bisa nyala. Lupa stock rokok, aku dobrak pintu tetangga. Kehabisan rokok, kesendirianku terasa menyiksa. Rokok oh rokok, daya tarikmu sungguh Ruaaaarrr… biasa.

Tidak selamanya merokok itu berbahaya. Kalo nggak percaya, di bawah ini aku uraikan beberapa keuntungan mengkonsumsi rokok,

1. Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif, maka untuk
mengurangi resiko tersebut aktiflah merokok.

2. Menghindarkan dari perbuatan jahat karena tidak pernah ditemui orang yang membunuh, mencuri dan berkelahi sambil merokok. Tapi mungkin aja habis membunuh baru merokok ataupun sebelum membunuh merokok dulu.

3. Mengurangi resiko kematian: Dalam berita tidak pernah ditemui orang yang meninggal dalam posisi merokok.

4. Berbuat amal kebaikan: Kalau ada orang yang mau pinjam korek api paling tidak sudah siap / tidak mengecewakan orang yang ingin meminjam. (Membantu sesama itu yang utama)

5. Baik untuk basa-basi / keakraban: Kalau ketemu orang misalnya di Halte CSW kita bisa tawarkan rokok. Kalau basa-basinya tawarkan uang kan nggak lucu.

6. Memberikan lapangan kerja bagi buruh rokok, dokter, pedagang asongan dan perusahaan obat batuk. (Dermawan booo…)

7. Bisa untuk alasan untuk tambah gaji karena ada post untuk rokok dan resiko baju berlubang kena api rokok.

8. Bisa menambah suasana pedesaan / nature bagi ruangan ber AC dengan asapnya sehingga seolah-olah berkabut.

9. Menghilangkan bau wangi-wangian ruang bagi yang alergi bau parfum. (Kesian kan, kalo pada mual gara2 bau parfum)

10. Kalau mobil mogok karena busi ngadat tidak ada api, maka sudah siap api. (Sedia api sebelum mogok)

11. Membantu program KB dan mengurangi penyelewengan karena konon katanya merokok bisa menyebabkan impoten dan kegagalan pada janin. (Harusnya pemerintah berterima kasih neh, bukannya malah ngebantai kita)

12. Melatih kesabaran dan menambah semangat pantang menyerah karena bagi pemula merokok itu tidak mudah, batuk-batuk dan tersedak tapi tetap diteruskan (bersyukurlah bagi yang lulus).

13. Untuk indikator kesehatan: Biasanya orang yang sakit pasti dilarang dulu merokok. Jadi yang merokok itu pasti orang sehat.

14. Menambah kenikmatan: Sore hari minum kopi dan makan pisang goreng ditambah merokok! (Wuizzz… Sedap banget pokoknya mah, dah)

15. Tanda kalau hari sudah pagi, kita pasti mendengar ayam merokok.

16. Anti maling, waktu perokok batuk berat di malam hari.

17. Membantu shooting film keji, rokok digunakan penjahat buat nyundut jagoan yang terikat dikursi. (Hahaha… penderitaan itu pedih Jendral!!!)

18. Film Koboy pasti lebih gaya kalau merokok sambil naik kuda.

19. Teman pup yang paling setia. (Ups! Sowrie agak2 jorse, neh)

20. Bahan inspirasi dan pendukung yang paling berjasa dalam pembuatan tugas akhir/karya tulis, sehingga seharusnya dicantumkan terima kasih untuk rokok pada kata sambutan. (Bisa kelenger neh para guru or dosen pembimbing, kqkqkq...)

Demikian rangkaian catatan dari seorang yang belum bisa melepaskan diri dari selimut “asap nirwana”. Akhir kata, “Berbahagialah untuk anda yang belum/tidak dirasuki oleh nikmatnya candu nikotin.” (Jupiter doc/13Juni08)

0 komentar:

 


Moto Kehidupan © 2008. Design by: Pocket